Objek Wisata Jam Gadang - Kota Bukit Tinggi

Objek Wisata Jam Gadang - Kota Bukit Tinggi
Objek Wisata Jam Gadang - Kota Bukit Tinggi - Jam Gadang merupakan Simbol khas Bukittinggi dan Sumatera Barat ini  memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya. Hal tersebut dapat  ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Pada masa penjajahan Jepang ,  ornamen jam berubah menjadi klenteng. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan,  bentuknya ornamennya kembali berubah dengan bentuk gonjong rumah adat Minangkabau .

Angka-angka pada jam tersebut juga memiliki  keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di  Jam Gadang tertera dengan IIII.

Dari menara Jam Gadang, para wisatawan  bisa melihat panorama kota Bukittinggi yang  terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sayang untuk dilewatkan.

Jam Gadang terletak di depan Pasar Atas, Kota Bukittinggi, ProvinsiSumatera Barat , Indonesia .

Untuk mencapai lokasi ini, para wisatawan dapat menggunakan jalur darat. Dari kota Padang ke Bukittinggi, perjalanan dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan menggunakan angkutan umum, dengan ongkos sekitar Rp. 15.000-Rp 20.000 per orang (Februari 2008). Setelah sampai di kota Bukittinggi, perjalanan bisa dilanjutkan  dengan menggunakan angkutan kota  ke lokasi Jam Gadang.

Dengan biaya sebesar Rp. 3.000 (Februari 2008) para wisatawan bisa menikmati dan naik ke atas bangunan setinggi 26 meter  tersebut.

Berhubung lokasi Jam Gadang berada di  tengah Kota Bukittinggi, maka para wisatawan dari luar kawasan kota  yang ingin berlama-lama dapat menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan kota. Untuk masalah makanan, para wisatawan dimanjakan  oleh berbagai aneka masakan Padang.  Nasi Kapau menjadi salah satu menu yang menarik untuk dicoba yang berada di  Pasar Lereng (di samping Pasar Atas) Bukittinggi. Bagi yang telah selesai  mengunjungi Jam Gadang dapat melakukan wisata belanja di Pasar Atas dengan  membeli oleh-oleh untuk sanak saudara.
selengkapnya...

Objek Wisata Lembah Anai di Nagari Singgalang

Objek Wisata Lembah Anai di Nagari Singgalang
Objek Wisata Lembah Anai di Nagari Singgalang - Objek wisata ini terletak di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto persisnya di jalan raya Padang-Bukittinggi dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Batusangkar (via Padang Panjang). Lembah Anai terkenal dengan objek wisata air terjunnya. Lembah Anai sendiri merupakan daerah cagar alam yang dilindungi. Di dalam rindangnya hutan terdapat beberapa tanaman langka yang sekaligus menjadi daya tarik dari Cagar Alam Lembah Anai, salah satunya adalah bunga bangkai (amorphyphalus titanum). Bunga bangkai ini tumbuh subur di tengah hutan. Selain bunga bangkai ada juga beberapa tumbuhan kayu yang menjadi daya tarik kawasan cagar alam ini, di antaranya cangar, sapek, madang siapi-api (litsea adinantera), cubadak/cempedak air (artocarpus sp), madang babulu (gironniera nervosa), dan lain-lain.
Objek Wisata Lembah Anai di Nagari Singgalang
Ada pula hewan langka yang hampir punah, di antaranya harimau sumatra (phantera tigris sumatrensis), rusa (cervius timorensis), siamang (hylobates syndactylus), kera ekor panjang (macaca fascicu- laris), beruk (macaca nemestrena), trenggiling (manis java- nica), kancil (tragulus sp), tapir, dan biawak. Hewan yang sering dijumpai oleh wisatawan ketika melewati kawasan ini, adalah kera ekor panjang, siamang, dan beruk. Ketiga hewan ini selalu bergerak untuk mencari buah-buahan yang terdapat di kawasan hutan hingga ke pinggir jalan raya.
Objek Wisata Lembah Anai di Nagari Singgalang
Sementara itu, untuk melihat hewan yang lain diperlukan tenaga pendamping yang mengantar pengunjung langsung ke tempat hewan tersebut biasa bermain dan mencari makan. Selain hewan-hewan tersebut, Cagar Alam Lembah Anai juga dihuni oleh aneka burung, seperti elang (accipitriade sp), burung balam (bolumbidae), burung punai, dan burung puyuh. Burung elang biasanya hidup di atas pohon tinggi. Apabila beruntung, wisatawan dapat melihatnya ketika burung tersebut terbang mengelilingi hutan untuk mencari mangsa.
selengkapnya...

Hubungan Individu dan Kelompok

Manusia secara alami tidak mungkin hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk bisa hidup. Sudah menjadi hukum alam dan merupakan takdir Tuhan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia membutuhkan manusia lain untuk hidup bersama dan bekerjasama. Ia telah ditentukan harus hidup berkelompok dan hidup bermasyarakat.

Kelompok kecil dalam masyarakat Minang adalah suku, sedangkan kelompok terbesar, terlihat dari kacamata adat Minang adalah nagari. Suku sebagai kelompok terkecil, seyogianya harus dipahami dan dihayati betul oleh orang-orang Minang. Kalau tidak akan mudah sekali tergelincir pada pengertian bahwa keluarga terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari ayah-ibu dan anak-anak. Pengertian yang keliru inilah yang sering membawa pecahnya kekeluargaan Minang, karena mamak rumah, dunsanak ibu, bahkan Penghulu suku tidak lagi dianggap keluarga.

Selain itu sifat dasar masyarakat Minang adalah "kepemilikan bersama". Tiap individu menjadi milik bersama dari kelompoknya. Sebaliknya tiap kelompok itu menjadi milik dari semua individu yang menjadi anggota kelompok itu. Rasa saling memiliki ini menjadi sumber dari timbulnya rasa setia kawan (solidaritas) yang tinggi, rasa kebersamaan, rasa tolong menolong. Tiap individu akan mencintai kelompok sukunya dan setiap anggota dari satu suku akan selalu mengayomi atau melindungi setiap individu.

Kehidupan individu terhadap kelompok sukunya bagaikan kehidupan ikan dengan air. Ikan adalah individu sedangkan air adalah suku tempat hidup. Bila si ikan dikeluarkan dari air, maka ia akan segera mati. Dari sini lahirlah pepatah yang berbunyi :

Suku yang tidak bisa dianjak Malu yang tidak bisa dibagi.

Dengan melihat hubungan individu dengan kelompoknya seperti digambarkan diatas, maka jelas antara individu dan kelompoknya akan saling mempengaruhi. Individu yang berwatak baik, akan membentuk masyarakat yang rukun dan damai. Sebaliknya kelompok yang tertata rapi, akan melahirkan individu-individu yang tertib dan berdisiplin baik.

Dengan demikian nenek moyang orang Minang, telah memberikan kriteria tertentu yang dianggap ideal untuk menjadi sifat-sifat orang-orang Minang.

selengkapnya...

Copyright © 2013 Pariwisata dan Budaya Minangkabau | Blogger Template for Bertuah | Design by Ais Bertuah